Langsung ke konten utama

Fosil

Fosil adalah jejak atau sisa organisme baik tumbuhan ataupun hewan yang hidup pada masa geologi yang lampau dan terawetkan secara alamiah di alam. Bagian ilmu geologi yang menguraikan penyelidikan dan interpretasi fosil adalah paleontologi. Untuk memahami lebih detail lagi tentang pengertian Fosil, maka kita perlu mengetahui syarat-syarat terbentuknya fosil yaitu :

  1. Mempunyai bagian yang keras
  2. Segera terhindar dari proses kimia (oksidasi dan reduksi)
  3. Tidak dimangsa binatang lain
  4. Terdapat pada batuan yang berbutir halus
  5. Terawetkan pada batuan sedimen
  6. Berumur lebih dari 11.000 tahun yang lalu

Jenis-jenis Fosil

Berdasarkan cara pengawetannya, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis fossi yaitu :

1.    Fosil tidak berubah

Yaitu semua bagian fosil terawetkan dan tidak berubah baik bagian-bagian yang lunak maupun bagian-bagian yang keras dari fosil trsebut.

Contoh: fosil serangga yang trawetkan di dalam getah damar, dan fosil mammoth yang terawetkan di dalam es  di Siberia.

                                                         

Gambar. Contoh fosil yang tidak terubah

2.    Fosil yang mengalami perubahan

Dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

a.   Permineralisasi

Yaitu fosil yang terawetkan karena masuknya mineral sekunder yang mengisi pori-pori atau ruang antar sel pada bagian fosil yang keras.

Contoh: Sebagian tulang-tulang vertebrata dan cangkang-cangkang invertebrata terawetkan dalam bentuk permineralisasi.


 Gambar. contoh fosil jenis permineralisasi

b.   Replacement (Penggantian)

Yaitu folsil yang terawetkan karena mineral sekunder yang mengganti semua material fosil asli, sehingga bentuknya hampir sempurna seperti jiplakan asli.

c.    Rekristalisasi

Yaitu fosil yang terawetkan karena adanya perubahan di sebagian atau seluruh material fosil akibat P (tekanan) dan T (suhu) yang sangat tinggi, sehingga molekul-molekul dari tubuh fosil (non-kristalin) akan mengikat agregat tubuh fosil itu sendiri menjadi kristalin


3.    Fosil yang berupa fragmen

Yaitu fosil yang berupa fragmen dalam batuan sedimen yang dapat berubah ataupun tidak dapat berubah. 

Gambar. contoh fosil yang berupa fragmen

4.     Fosil yang berupa jejak atau bekas

Fosil tidak hanya dianggap sebagai sisa oganisme tetapi juga termasuk dengan adanya jejak organisme sebagai bukti adanya kehidupan. Dalam hal ini, jejak dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

a.   “Mold”, “Cast”, dan “Imprit”

“Mold” adalah bekas organisme yang berupa cetakan dari fosil, kalau yang tercetak adalah bagian luar disebut Eksternal Mold  sedangkan kalau yang tercetak adalah bagian dalam disebut Internal Mold.

Gambar.  contoh fosil yang berbentuk mold

“Cast” adalah Mold yang terisi mineral sekunder membentuk jiplakan fosil aslinya secara kasar, bagian luar disebut Eksternal Cast sedangkan bagian dalam disebut Internal Cast.

“Imprint” adalah jejak dimana suatu organisme terjebak di dalam sedimen halus tapi kemudian organisme tersebut dapat meloloskan diri.

b.   “Track”, “Trail” dan “Burrow”

“Track” merupakan jejak perpindahan organisme di atas permukaan sedimen-sedimen lunak yang berupa tapak (kenanpakan kasar).

“Trail” merupakan jejak perpindahan organisme di atas permukaan sedimen-sedimen lunak yang berupa seretan (kenampakan halus).

“ Burrow” adalah jejak yang berupa sisa penggalian lubang suatu organisme.

c.   “Coprolite”

Coprolite adalah jejak berupa berupa kotoran hewan yang telah terfosilkan. Kotoran ini dapat digunakan untuk mengetahui tempat hidupnya, makanannya, dan ukuran relatifnya.

d.   Fosil Kimia

Fosil kimia merupakan jejak asam organik yang tersimpan didalam batuan prakambium. Zat asam organik ini berasal dari organisme yang terserap oleh batuan tersebut sehingga dapat ditemukan sebuah bukti kehidupan.

Kegunaan Fosil

  1. Untuk mengetahui paleoklimatologi, yaitu untuk mengetahui iklim purba.
  2. Untuk mengetahui paleonvironmen, yaitu untuk mengetahui lingkungan pengendapan.
  3. Untuk mengetahui umur relative suatu batuan.
  4. Untuk mengetahui bagaimana evolusi kehidupan.
  5. Untuk mencari biostragtigafi atau korelasi antara tempat satu dan tempat lain dengan ditemukannya jenis fosil yang sama.
  6. Untuk mengetahui aktifitas tektonik.
  7. Indication oil deposite, yaitu untuk mengetahui cadangan minyak di suatu daerah.

Cara Pengamatan Fosil

Fosil yang terdapat di alam memiliki ukuran yang beragam, dari yang bisa dilihat dengan mata bisasa sampai yang memerlukan alat untuk mengamatinya. Sehingga ada dua cara untuk mengamatinya :

Makropaleontologi : Pengamatan yang tidak memerlukan alat bantu (mikroskop).

Mikropaleontologi : Pengamatan yang memerlukan alat bantu mikroskop


Penjelasan Khusus Ichnofossil dan Trace Fossil

Ichnofossil atau trace fossil didefinisikan sebagai :

Suatu struktur sedimen berupa track, trail, burrow, tube, boring atau tunnel yang terawetkan (terfosilisasi) sebagai hasil dari aktifitas kehidupan (selain tumbuh) hewan.

Contoh :

tanda/jejak yang dibuat hewan-inventerbrate  saat bergerak, merayap, makan, memanjat, lari atau istirahat, pada atau di dalam sedimen lunak.

Struktur sedimen ini seringkali terawetkan sehingga membentuk tinggian atau rendahan (a raised or depressed form) pada batuan sedimen.

Tanda/jejak hasil aktifitas atau kebiasaan organisma sebagai trace fossil atau ichofossil dikenali berupa : tracks, trail, burrow, tube, boring atau tunnel.

  • Track = struktur fosil jejak berupa bekas atau jejak yang tercetak pada    material lunak, terbentuk oleh kaki burung, reptil, mamalia atau hewan lainnya. Istilah lain untuk track adalah footprint.
  • Trail = struktur fosil jejak berupa jejak atau tanda lintasan satu atau beberapa hewan yang berbentuk tanda seretan menerus yang ditinggalkan organisma pada saat bergerak di atas permukaan.
  • Burrow = struktur fosil jejak berupa liang di dalam tanah, biasanya untuk bersembunyi
  • Tube = struktur fosil jejak berupa pipa
  • Borring = struktur fosil jejak berupa (lubang) pemboran, umumnya berarah vertikal.
  • Tunnel =  struktur fosil jejak berupa terowongan sebagai hasil galian

Kegunaan:

     Trace fossils tidak mengawetkan tubuh atau morfologi organisma, tapi memiliki kelebihan dibandingkan fosil kerangka, yaitu :

-          Trace fossils biasanya terawetkan pada lingkungan yang berlawanan dengan pengendapan fosil rangka (misalnya : perairan dangkal dengan  energi tinggi, batupasir laut dangkal dan batulanau laut dalam)

-          Trace fossils umumnya tidak dipengaruhi oleh diagenesa, dan bahkan diperjelas secara visual oleh proses diagenesa.

-          Trace fossils tidak tertransport sehingga menjadi indikator lingkungan pengendapan yang sebenarnya.

Determinasi :

Trace fossil dapat terawetkan dalam sejumlah relief.

Umumnya dapat dikenali dengan baik secara 3 dimensi di dalam sedimen; atau kadang-kadang pun telah terisi oleh mineral yang lebih resisten. 

Bagian yang terawetkan disebabkan oleh pergerakan organisma di dalam atau di luar depositional interface.

Semi relief mungkin terjadi di bagian atas permukaan lapisan (concave epirelief, atau cetakan convex hyporelief), atau di bagian bawah lapisan (concave hyporelief)

Klasifikasi:

  1. Ethological Classification
  2. Klasifikasi berdasarkan perilaku hwean yang menghasilkannya dan hubungannya dengan fosil rangka   
  3. Klasifikasi berdasarkan pengawetannya

     Selain tracefossil, dikenal tipe lain yang semula diklasifikasikan sebagai ichnofosil, seperti :

1.   Artifact dan oddballs

     Jenis ini diklasifikasikan sebagai fossil terutama ketika istilah fosil belum terdefinisikan dengan baik.  Contoh : senjata

2.  Pseudofossils, adalah struktur yang terbentuk secara an-organik, secara kebetulan, mirip kerangka ataupun fosil jejak. Misalnya : dendrites -  endapan an-organik oksida-mangan yang semula diduga berasal dari fosil alga.

Komentar