Fosil adalah jejak atau sisa organisme baik tumbuhan ataupun hewan yang hidup pada masa geologi yang lampau dan terawetkan secara alamiah di alam. Bagian ilmu geologi yang menguraikan penyelidikan dan interpretasi fosil adalah paleontologi. Untuk memahami lebih detail lagi tentang pengertian Fosil, maka kita perlu mengetahui syarat-syarat terbentuknya fosil yaitu :
- Mempunyai bagian yang keras
- Segera terhindar dari proses kimia (oksidasi dan reduksi)
- Tidak dimangsa binatang lain
- Terdapat pada batuan yang berbutir halus
- Terawetkan pada batuan sedimen
- Berumur lebih dari 11.000 tahun yang lalu
Jenis-jenis Fosil
Berdasarkan cara pengawetannya, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis fossi yaitu :
1.
Fosil tidak berubah
Yaitu semua bagian fosil terawetkan dan tidak berubah
baik bagian-bagian yang lunak maupun bagian-bagian yang keras dari fosil
trsebut.
Contoh: fosil serangga yang trawetkan di dalam getah
damar, dan fosil mammoth yang terawetkan di dalam es di Siberia.
Gambar. Contoh fosil yang tidak terubah
2.
Fosil yang mengalami perubahan
Dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Permineralisasi
Yaitu fosil yang terawetkan karena masuknya mineral
sekunder yang mengisi pori-pori atau ruang antar sel pada bagian fosil yang
keras.
Contoh: Sebagian tulang-tulang vertebrata dan cangkang-cangkang invertebrata terawetkan dalam bentuk permineralisasi.
Gambar. contoh fosil jenis permineralisasi
b. Replacement (Penggantian)
Yaitu folsil yang terawetkan karena mineral sekunder
yang mengganti semua material fosil asli, sehingga bentuknya hampir sempurna
seperti jiplakan asli.
c. Rekristalisasi
Yaitu fosil yang terawetkan karena adanya perubahan di
sebagian atau seluruh material fosil akibat P (tekanan) dan T (suhu) yang
sangat tinggi, sehingga molekul-molekul dari tubuh fosil (non-kristalin) akan
mengikat agregat tubuh fosil itu sendiri menjadi kristalin
3.
Fosil yang berupa fragmen
Yaitu fosil yang berupa fragmen dalam batuan sedimen yang dapat berubah ataupun tidak dapat berubah.
Gambar. contoh
fosil yang berupa fragmen
4.
Fosil yang berupa jejak atau bekas
Fosil tidak hanya dianggap sebagai sisa oganisme
tetapi juga termasuk dengan adanya jejak organisme sebagai bukti adanya
kehidupan. Dalam hal ini, jejak dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. “Mold”, “Cast”, dan “Imprit”
“Mold” adalah bekas organisme yang berupa cetakan dari fosil, kalau yang tercetak adalah bagian luar disebut Eksternal Mold sedangkan kalau yang tercetak adalah bagian dalam disebut Internal Mold.
Gambar.
contoh fosil yang berbentuk mold
“Cast” adalah Mold yang terisi mineral sekunder
membentuk jiplakan fosil aslinya secara kasar, bagian luar disebut Eksternal
Cast sedangkan bagian dalam disebut Internal Cast.
“Imprint” adalah jejak dimana suatu organisme terjebak
di dalam sedimen halus tapi kemudian organisme tersebut dapat meloloskan diri.
b. “Track”, “Trail” dan “Burrow”
“Track” merupakan jejak perpindahan organisme di atas
permukaan sedimen-sedimen lunak yang berupa tapak (kenanpakan kasar).
“Trail” merupakan jejak perpindahan organisme
di atas permukaan sedimen-sedimen lunak yang berupa seretan (kenampakan
halus).
“ Burrow” adalah jejak yang berupa sisa penggalian
lubang suatu organisme.
c. “Coprolite”
Coprolite adalah jejak berupa berupa kotoran hewan
yang telah terfosilkan. Kotoran ini dapat digunakan untuk mengetahui tempat
hidupnya, makanannya, dan ukuran relatifnya.
d. Fosil Kimia
Fosil kimia merupakan jejak asam organik yang tersimpan didalam batuan prakambium. Zat asam organik ini berasal dari organisme yang terserap oleh batuan tersebut sehingga dapat ditemukan sebuah bukti kehidupan.
Kegunaan Fosil
- Untuk mengetahui paleoklimatologi, yaitu untuk mengetahui iklim purba.
- Untuk mengetahui paleonvironmen, yaitu untuk mengetahui lingkungan
pengendapan.
- Untuk mengetahui umur relative suatu batuan.
- Untuk mengetahui bagaimana evolusi kehidupan.
- Untuk mencari biostragtigafi atau korelasi antara tempat satu dan
tempat lain dengan ditemukannya jenis fosil yang sama.
- Untuk mengetahui aktifitas tektonik.
- Indication oil deposite, yaitu untuk mengetahui cadangan minyak di suatu daerah.
Cara Pengamatan Fosil
Fosil yang
terdapat di alam memiliki ukuran yang beragam, dari yang bisa dilihat dengan
mata bisasa sampai yang memerlukan alat untuk mengamatinya. Sehingga ada dua
cara untuk mengamatinya :
Makropaleontologi : Pengamatan yang tidak memerlukan
alat bantu (mikroskop).
Mikropaleontologi : Pengamatan yang memerlukan alat bantu mikroskop
Penjelasan Khusus Ichnofossil dan Trace Fossil
Ichnofossil atau trace fossil didefinisikan
sebagai :
Suatu struktur sedimen
berupa track, trail, burrow, tube, boring atau tunnel yang
terawetkan (terfosilisasi) sebagai hasil dari aktifitas kehidupan (selain
tumbuh) hewan.
Contoh :
tanda/jejak yang
dibuat hewan-inventerbrate saat
bergerak, merayap, makan, memanjat, lari atau istirahat, pada atau di dalam
sedimen lunak.
Struktur sedimen ini
seringkali terawetkan sehingga membentuk tinggian atau rendahan (a raised or depressed
form) pada batuan sedimen.
Tanda/jejak hasil
aktifitas atau kebiasaan organisma sebagai trace fossil atau ichofossil
dikenali berupa : tracks, trail, burrow, tube, boring atau tunnel.
- Track = struktur fosil jejak berupa bekas atau jejak yang tercetak pada material lunak, terbentuk oleh kaki burung, reptil, mamalia atau hewan lainnya. Istilah lain untuk track adalah footprint.
- Trail = struktur fosil jejak berupa jejak atau tanda lintasan satu atau beberapa hewan yang berbentuk tanda seretan menerus yang ditinggalkan organisma pada saat bergerak di atas permukaan.
- Burrow = struktur fosil jejak berupa liang di dalam tanah, biasanya untuk bersembunyi
- Tube = struktur fosil jejak berupa pipa
- Borring = struktur fosil jejak berupa (lubang) pemboran, umumnya berarah vertikal.
- Tunnel = struktur fosil jejak berupa terowongan sebagai hasil galian
Kegunaan:
Trace
fossils tidak mengawetkan tubuh atau morfologi organisma, tapi memiliki
kelebihan dibandingkan fosil kerangka, yaitu :
-
Trace
fossils
biasanya terawetkan pada lingkungan yang berlawanan dengan pengendapan fosil
rangka (misalnya : perairan dangkal dengan
energi tinggi, batupasir laut dangkal dan batulanau laut dalam)
-
Trace
fossils umumnya
tidak dipengaruhi oleh diagenesa, dan bahkan diperjelas secara visual oleh
proses diagenesa.
- Trace fossils tidak tertransport sehingga menjadi indikator lingkungan pengendapan yang sebenarnya.
Determinasi :
Trace fossil dapat terawetkan
dalam sejumlah relief.
Umumnya dapat dikenali
dengan baik secara 3 dimensi di dalam sedimen; atau kadang-kadang pun telah
terisi oleh mineral yang lebih resisten.
Bagian yang terawetkan
disebabkan oleh pergerakan organisma di dalam atau di luar depositional
interface.
Semi relief mungkin terjadi di bagian atas permukaan lapisan (concave epirelief, atau cetakan convex hyporelief), atau di bagian bawah lapisan (concave hyporelief)
Klasifikasi:
- Ethological
Classification
- Klasifikasi
berdasarkan perilaku hwean yang menghasilkannya dan hubungannya dengan
fosil rangka
- Klasifikasi berdasarkan pengawetannya
Selain tracefossil, dikenal tipe lain yang
semula diklasifikasikan sebagai ichnofosil, seperti :
1. Artifact dan oddballs
Jenis ini diklasifikasikan sebagai fossil
terutama ketika istilah fosil belum terdefinisikan dengan baik. Contoh : senjata
2.
Pseudofossils, adalah struktur yang terbentuk secara an-organik, secara
kebetulan, mirip kerangka ataupun fosil jejak. Misalnya : dendrites - endapan an-organik oksida-mangan yang semula
diduga berasal dari fosil alga.




Komentar
Posting Komentar